[FF] Unspoken Grace

Unspoken Grace

HunHan / G / Drabble

{ Xi Luhan, keindahan yang bisu }

Aku Luhan, Xi Luhan.

 

Banyak orang mengagumiku—laki-laki dan perempuan, tua atau muda—mereka semua iri dengan kesempurnaan yang kumiliki. Saat pertama kali melihatku, orang pasti akan menoleh lagi untuk melihat figurku yang kedua kalinya. Mereka akan terkesima, memandangi surai merah muda yang membingkai wajahku seperti mahkota, dan kulitku yang berkilau bak porselen. Lalu mereka akan mulai menggumamkan kalimat-kalimat pujian mereka;

 

‘Luhan benar-benar cantik.’

 

‘Bukankah itu Xi Luhan? Parasnya seperti malaikat.’

 

‘Kuharap aku bisa secantik Luhan!’

 

Aku hanya menimpalinya dengan segaris senyum. Rasanya aku ingin menuturkan terima kasih pada tiap-tiap dari mereka.

 

Aku selalu bersyukur bisa dikelilingi orang-orang yang mengagumiku. Apalagi diantara mereka ada Oh Sehun, orang yang diam-diam kusukai.

 

Aku tinggal satu atap dengan Sehun selama belasan tahun, dan selama itu pula aku memendam rasa sukaku padanya. Aku yakin tidak ada yang tahu perasaanku—baik Sehun atau orang lain—karena alasan itulah aku bisa mengamati Sehun setiap hari dengan sangat wajar, tanpa takut ketahuan apa-apa.

 

Aku tahu kebiasaan-kebiasaan kecil Sehun—jam berapa dia bangun, menu sarapan kesukaannya, baju yang paling sering dikenakannya, hingga aroma parfum yang melekat di tubuhnya. Aku tahu segala hal tentangnya. Sehun jarang mengaitkan handuknya dengan benar setelah mandi, membuatku panas dan sesak. Sehun juga tidur di sofa ruang tengah jika ada siaran sepak bola, dari sana aku bisa melihat wajah tidurnya yang polos seperti bayi.

 

Kadang, Sehun mendelik kearahku dan menatapku dalam-dalam. Tak ayal membuatku salah tingkah.

 

“Kau sempurna, Luhan,” bisiknya.

 

Waktu seolah berhenti, aku tidak bisa menimpali apapun. Aku tidak berkedip, dan mataku tetap memandang Sehun balik walaupun aku sudah berusaha untuk mengalihkannya.

 

Aku selalu menyalahkan diriku, kenapa aku tidak membalas perkataan Sehun? Aku juga ingin mengatakan, bahwa Sehun jauh lebih baik daripada aku. Sehun yang membuat semuanya jadi sempurna, aku benar-benar mencintainya.

 

Tapi aku tidak tahu bagaimana perasaan Sehun padaku.

 

Sehun tidak pernah membawa teman perempuannya ke rumah, aku juga tidak tahu bagaimana kehidupan sosialnya di sekolah. Dari pengamatanku selama ini, Sehun sepertinya anak yang pendiam. Dia lebih banyak berpikir daripada bertindak, dia juga cenderung bersikap dingin pada orang yang baru dikenalnya. Aku sempat khawatir kalau-kalau Sehun tidak punya teman dekat, tapi rupanya aku salah.

 

“Jongin, kemari!” sahut Sehun suatu hari, saat dia mengajak teman ke rumah untuk yang pertama kalinya.

 

Orang bernama Jongin itu melepas sepatunya cepat-cepat di pintu depan lalu bergegas menyusul Sehun, tapi kemudian langkahnya terhenti ketika dia menangkap sosokku.

 

Jongin menaikkan alisnya, terkesima. Aku sudah biasa dengan reaksi macam itu.

 

“Ada apa Jongin? Cepat kemari.” Sehun mendongakkan kepala dari balik pintu kamarnya, mendesak Jongin untuk segera datang dengan gestur jarinya.

 

“Sehun,” Jongin menelan ludah, “itu siapa?”

 

Kali ini giliran Sehun yang menghampiri Jongin, tersenyum. “Itu Luhan, cantik kan? Dia milikku.”

 

Aku terhenyak ketika mendengar ucapan Sehun. Bukan hanya mengenalkanku pada temannya, dia juga mengatakan bahwa aku adalah miliknya. Aku tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan rasa bahagia yang meluap ini—mungkin ini akan jadi momen terindah dalam hidupku.

 

Ah, cinta membuat segalanya lebih indah.

 

Bahkan sang waktu rela berhenti untukku. Tahu-tahu saja ulang tahunku datang, sungguh tidak terasa.

 

Aku ragu ada yang ingat dengan hari lahirku. Aku kadang berpikir, aku ingin orang lain merayakannya—berpesta dan bersenang-senang. Tapi aku tidak perlu itu, Sehun mengingatnya saja sudah cukup.

 

Sehun datang kepadaku pada sore hari sepulang sekolah. Wajahnya yang tampan itu mengukir senyum, seraya menyentuh permukaan wajahku dengan ibu jarinya. “Sudah berapa lama sejak kau disini, ya? Belasan tahun? Ah—atau puluhan?” Sehun menggaruk tengkuknya.

 

Sudah puluhan tahun, sebenarnya. Tapi aku tidak akan memberi tahu Sehun, biar dia yang terka sendiri.

 

“Aku lupa usiamu, aku hanya ingat 19 April. Selamat ulang tahun!” Sehun menepuk tangannya sambil menyeringai. Dia membisikkan senandung lagu ulang tahun, lalu tiba-tiba saja dia berhenti, menghela napas. “Aku seperti orang bodoh ya?” Dia merengut, lalu berjalan kembali ke kamarnya.

 

Aku membulatkan mataku. Kenapa, Sehun? Kau tidak bodoh!

 

Aku yang bodoh, karena aku mencintai Oh Sehun, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuknya. Aku tidak akan bisa memberitahu perasaanku padanya, berbicara padanya, bahkan menyentuhnya.

 

Karena aku hanya sebuah lukisan gantung.

 ♚

A.N: Birthday fic dedicated to our deer prince, Xi Luhan! Happy birthday! Semoga Lulu-gege tambah muda dan manly ;v; …..enggak ding, udah manly, cuma cantik yet vulnerable haha. Berhubung cuma bday drabble jadinya cuma segini, well enjoy! (Untuk yang nunggu northpole, it’s on progress, thank you <3)

um anyway, should i make kaisoo?