[FF] Antebellum [Prologue]

Antebellum

Prologue

KaiSoo // PG // Chaptered

{ Aku datang dari masa depan. Aku adalah takdirmu }

Manusia.

Sebuah entitas yang tinggal dalam sebuah sistem bernama kehidupan. Untuk membedakannya dengan makhluk lain, manusia diberi kekuatan pikiran yang disebut akal. Tapi rupanya Tuhan punya rencana lain—diantara milyaran manusia, ada segelintir orang yang dianugerahi kekuatan lebih, untuk mengendalikan elemen yang ada di lingkungan mereka.

Seorang anak lelaki mengerutkan dahinya setelah membaca paragraf itu. Tangannya membalik-balikkan kertas berisi tulisan tangan tersebut dengan bingung, seolah itu adalah benda asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Matanya kembali pada kalimat awal—lalu ia susuri sampai bawah—berusaha memastikan bahwa yang dibacanya itu nyata.

Do Kyungsoo, kami mengundang anda untuk menjadi murid Antebellum; sebuah akademi berisi orang-orang berkekuatan super seperti anda.

Do Kyungsoo merengut lagi untuk yang kesekian kalinya.

Surat ini tiba-tiba saja ada diatas ranjangnya satu jam yang lalu. Amplopnya berwarna putih dengan segel berbentuk mawar merah, dan Kyungsoo sempat mengira bahwa itu perbuatan tetangganya yang iseng. Tapi nampaknya tidak, isi surat itu terdengar serius. Dia nyaris menghabiskan waktu puluhan menit untuk bertanya pada dirinya sendiri; apa ini lelucon? Apa dia sedang main film? Apa surat ini main-main?

Tidak.

Kyungsoo memang punya kekuatan aneh. Dia bisa mengendalikan tanah dengan pikirannya, dan membuat gempa bumi berskala kecil. Sampai sekarang, hanya keluarganya yang tahu soal ini, dan dia juga menganggap bahwa kelebihannya ini adalah bagian dari kekuatan psikis manusia—bukan sesuatu yang spesial.

Tidak ada yang tahu soal kekuatannya. Tidak ada, satupun, itulah yang membuat isi surat ini rancu.

Kyungsoo mudah sekali merasa panik—seperti sekarang, contohnya. Mukanya pucat, darah mulai turun dari otaknya. Dia tidak bisa mengadu pada siapapun, dia tinggal sendirian di rumah ini. Ayah dan ibunya masih dalam dinas jangka panjang di luar negri—tipikal. Dia juga tidak mungkin memberi tahu teman baiknya soal ini. Bisa-bisa dia mati kalau sampai ketahuan.

Jemarinya mengangkat surat tersebut dan mulai membacanya ulang. Lagi. Kali ini paragraf kecil yang ada di bagian bawah.

Kami menanggung seluruh akomodasi anda. Agen kami akan menjemput anda beberapa jam setelah surat undangan ini tiba di kediaman anda, mohon kesediannya untuk menunggu.

Baru saja selesai membaca, terdengar suara ketukan dari pintu rumahnya. Tak ayal dia memekik kecil dan menjatuhkan suratnya.

Kyungsoo membatu di tempatnya berdiri, sementara irama ketukan menggaung makin keras di telinganya. Dia tidak sepenuhnya percaya pada surat itu, harusnya dia tidak perlu ragu untuk membuka pintunya. Buka, atau tidak?

“Haloo! Ada orang? Bolehkah aku mendobrak pintunya?” sebuah sahutan keras dari luar.

Padahal baru saja dia akan melangkah menuju pintu untuk membukakannya, tapi perkataan barusan menghentikannya. Kyungsoo membulatkan matanya—mendobrak pintu?  Tidak mungkin ada orang yang mau menghancurkan pintu orang lain kecuali dia gila. Tidak mungkin ada orang yang bertamu dengan cara mengecam seperti itu. Tidak mungkin.

Kyungsoo mulai belajar untuk menyingkirkan kata ‘tidak mungkin’ dari otaknya ketika pintu rumahnya benar-benar didobrak terbuka. Suara yang ditimbulkan cukup keras, mungkin setelah ini akan ada beberapa tetangga yang berdatangan ke rumahnya.

Di ambang pintunya berdiri seorang lelaki tegap—mengenakan kaus tak berlengan hitam—dan berambut pirang pucat. Mukanya sangar, tipikal peran antagonis yang ada di film superhero. Sementara di belakang si tegap, ada pemuda tinggi dengan warna rambut senada—matanya kosong, seperti boneka.

Kyungsoo masih tak bergeming, seolah ada sesuatu yang membekukkan kakinya. Dia menelan ludah, siap-siap meretakkan tanah dengan kekuatannya ketika orang tak dikenal itu berjalan santai ke arahnya.

“Aku staff Antebellum. Kau sudah terima suratnya kan?” suaranya serak dan dalam, Kyungsoo nyaris bergidik mendengarnya. “Let’s Go,” lanjut si pirang datar.

“Surat kalian benar-benar tidak masuk akal, aku tidak mau ikut.” Kyungsoo berhasil merangkai kalimat rasional yang sedari tadi memadati otaknya, dan dia sukses menyembunyikan nada gugup dalam suaranya.

“Dunia ini memang tidak masuk akal, kecil,” cibir orang itu (dan Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar kata kecil), “kau hanya tinggal ikut dengan kami.”

Tidak semudah itu, Kyungsoo mengutuk dalam hati. Dia tidak bisa ‘hanya tinggal ikut dengan kami’, dia punya kehidupan disini—yang tidak mungkin ditinggalkan, jelas. Dan orangtuanya belum tahu apa-apa soal ini, kan?

“Tapi—“

“Pihak sekolah sudah menghubungi orang tua atau wali yang bersangkutan, jangan khawatir,” potong sang staff seolah bisa membaca pikirannya.

Kyungsoo menarik napas panjang-panjang. “Tidak mau, maaf.”

Orang itu mendecak sekali, lalu memberi isyarat pada rekannya yang jangkung. “Zelo, tolong.”

Kyungsoo sempat mengira ia akan terlibat dalam adu duel—padahal dia sudah meretakkan beberapa titik di lantai rumahnya—tapi rupanya tidak. Ada gumpalan gas putih keluar dari tubuh orang yang dipanggil Zelo itu, menyerang mata dan pernapasannya. Dia menutup mulut—terbatuk—dan tahu-tahu saja rasa kantuk menyerang syarafnya.

Seperti efek nina bobo, Kyungsoo mulai menutup pelupuknya dan jatuh tertidur.

 ㅇㅅㅇ

Rasanya seperti tidur panjang. Kyungsoo mendengar suara, tapi tidak bisa mengenalinya. Otaknya seperti lumpuh, yang dia inginkan hanya kembali masuk ke alam bawah sadarnya. Entah sudah berapa lama dia nyaris sadar lalu tertidur lagi.

“Hei.”

Ada suara serak yang mengganggu telinganya.

“Nak, bangunlah.”

Suara itu lagi, kali ini Kyungsoo membuka matanya dengan nanar.

“Hei, aku harus menjemput murid baru yang lain. Berjalanlah lurus terus dari sini, kau akan menemukan gedung asramamu,” jelas sang pemilik suara, yang Kyungsoo kenali sebagai orang berwajah sangar yang menghancurkan pintu rumahnya.

Kyungsoo bersandar pada sebuah batang pohon, sementara orang pirang itu berada di depannya, menaiki sebuah robot kelinci yang melayang. Ya—melayang, dan Kyungsoo masih terlalu mengantuk untuk bisa terkejut dengan itu.

Dia menutup mata lagi, mencoba tertidur, namun ada sesuatu di otaknya yang akhirnya sadar—membuatnya tersentak bangun.

Kyungsoo mengedikkan kepalanya ke segala arah, masih terkaget-kaget. Dia berdiri dengan tergopoh, masih mengamati sekeliling dengan matanya yang bulat. Pemandangan yang ditangkapnya benar-benar asing, ada jajaran pohon besar yang berbaris di sepanjang jalan beraspal, sementara beberapa gedung tinggi berwarna putih berdiri di depan pohon-pohon itu. Jalan aspal itu lurus—sedikit menanjak di ujung—menuju sebuah bangunan besar yang terlihat di kejauhan.

Matanya bergulir kearah salah satu gedung, dan Kyungsoo menangkap sosok seseorang berdiri di atapnya. Dari bawah, orang itu terlihat tampan—dengan surai hitam dan wajah yang dingin. Dia menatap ke bawah, dan kakinya perlahan maju seolah siap terjun kapan saja.

Ketika menyadari apa yang akan orang itu lakukan, Kyungsoo melambaikan tangannya dengan panik. “Hei! Jangan lompat! Kau bisa mati, tolong jangan lompat kebawah!” Dia berteriak sekeras yang dia bisa, berharap orang yang di atas itu mau mendengarnya.

Tapi tidak.

Pemuda itu menatap Kyungsoo sekilas, lalu menjatuhkan dirinya dari atap gedung dengan santai, seolah itu adalah hal yang wajar. Kyungsoo membesarkan matanya, hendak menyahut lagi tapi mulutnya terlanjur kering. Kakinya mendadak lemas, ada orang mencoba bunuh diri di depannya dan dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Matanya mengikuti sosok itu jatuh, sampai ketika nyaris tiba di tanah, orang itu menjentikkan jari dan dia menghilang, seperti debu.

Dia menghilang.

Benar-benar menghilang, Kyungsoo yakin, karena wujudnya tidak lagi tertangkap oleh matanya. Entah harus lega atau takut, dia tidak tahu.

Antebellum; entah ada di tempat macam apa dia sekarang.

ㅇㅅㅇ

A.N: MAMA!AU; disini semua member EXO punya kekuatan mereka masing-masing kaya yang ditampilin di MV MAMA. Ini proyek jangka panjang aku, jadi mungkin gak akan dijadiin prioritas dulu hehe. Dan berhubung semua EXO member jadi main cast, buat tokoh-tokoh figurannya mau aku ambil dari boyband lain dikit-dikit deh.. Okay then.. adios! ;D/